Saturday, November 7, 2020

TUHAN DALAM SPIRITUALITAS JAWA


Konsep Tuhan dalam spiritualitas Jawa adalah unik, khas dan berbeda dengan konsep tentang Tuhan versi bangsa-bangsa yang ada di Timur Tengah yang cenderung anthropomorfis (bersifat dan berperilaku seperti manusia semisal senang, marah, cemburu, menghukum dan sebagainya.)

Spiritualitas Jawa tidak pernah menggambarkan Tuhan dengan konsep sebagai personal atau sosok raksasa di atas Langit yang bebas melakukan apa saja terhadap manusia seperti menguji, memerintah, melarang, menghukum atau memberi hadiah dan berbagai atribut serta perilaku manusia yang lain.

Dalam spiritualitas Jawa Tuhan lebih sering disebut dengan istilah Hurip (Hidup) atau Sang Hyang Hurip / Sang Maha Hidup. Konsep ini lebih bersifat abstrak dan universal daripada konsep tentang Tuhan sebagai sosok yang bersifat anthropomorfis tadi. Itulah sebabnya dalam spiritualitas Jawa tidak ada istilah menyenangkan Tuhan, memperjuangkan Tuhan, membela Tuhan ataupun berperang atas nama Tuhan karena Tuhan dipahami sebagai Sumber, Dasar dan Tujuan dari segala sesuatu, the power of LIFE itself (Sangkan Paraning Dumadi).

Dengan demikian spiritual Jawa bisa menghargai dan hidup harmonis selaras dengan kepercayaan dan keyakinan lain karena menganggap semua itu berasal dari Tuhan sehingga tidak ada persaingan untuk menunjukkan atau berebut mengenai Tuhan milik siapa yang lebih benar karena semuanya toh juga berasal dan akan kembali kepada Tuhan juga tanpa ada pembedaan dan diskriminasi sedikitpun.

Itu juga sebabnya dulu orang Jawa bisa menerima dan mempersilahkan semua agama dari bangsa-bangsa asing (import) untuk bisa masuk, hidup dan berkembang di negeri ini meskipun pada akhirnya tidak sedikit dari mereka yang kemudian berkembang menjadi arogan, ekspansif dan bahkan ingin menghilangkan bahkan mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri.

Spiritualitas Jawa tidak pernah mengenal misionari, upaya ekspansi ataupun perekrutan massa. Spiritualitas Jawa juga tidak pernah bicara tentang dominasi untuk menguasai dan mengatur seluruh dunia ke dalam satu sistem dan seragam yang sama. Spiritualitas Jawa menghargai keragaman dan perbedaan secara sebenarnya bukan sekedar basa-basi di mulut saja.

Dan karena sifatnya yang demikian maka spiritualitas Jawa juga tidak sibuk mengatur tentang perilaku manusia melainkan sekedar berusaha membangkitkan kesadaran manusia karena dengan kesadaran itu manusia akan bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan doktrin yang kaku dan tidak boleh dirubah karena menyadari bahwa pengertian manusia akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan tingkat kesadarannya seiring dengan waktu.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan sistem dan lembaga yang cenderung akan menciptakan penjara baru bagi umat manusia. Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan dokumentasi yang mati dan kaku karena menyadari bahwa kitab yang sejati letaknya ada di hati nurani dan sanubari manusia yang terdalam karena disitulah manusia akan bisa memahami "Tuhan" yang sejati dan bukan Tuhan yang sekedar sebagai "berhala mental" saja.

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan teror, ketakutan dan ancaman serta tidak ingin menciptakan perbudakan terhadap manusia berdasar ancaman dan rasa takut. Hanya ada welas asih karena welas asih itulah sifat dan hakikat dari Tuhan yang sejati.

Memayu Hayuning Bawono. Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. Jaya Jaya Wijayanti.

Rahayu sagung dumadi.
Mugi Rahayu Janma Kang Berbudi Rahayu.

0 comments:

Post a Comment